Sabtu, 01 Oktober 2011

Perbedaan Samarinda Dan Balikpapan

Disiplin Balikpapan

Oleh Marco Kusumawijaya | Newsroom Blog – Sen, 12 Sep 2011
Orang terkesan pada kota Balikpapan bukan hanya karena kebersihannya, tetapi juga karena ketertibannya. Tentu saja sebenarnya kedua hal itu berhubungan.

Kebersihan kota tidak mungkin dicapai hanya karena dinas kebersihan yang bekerja tanpa lelah, tetapi juga pasti karena warganya disiplin. Pengelolaan sampah yang baik mensyaratkan sebanyak mungkin masalah harus diselesaikan di sumbernya (yaitu orang per orang dengan perilakunya).

Sebenarnya Balikpapan juga menerapkan disiplin dalam bidang lain. Misalnya, angkutan kota tidak berhenti sembarangan, orang memarkirkan mobil pada tempatnya dan di dalam garis, dll.

Jembatan penyeberangan di Balikpapan. Foto: Marco Kusumawijaya


Ketika pertama kali menerapkan aturan itu, setidaknya sebelum tahun 1990, dikabarkan hukum ditegakkan dengan sangat tegas, sehingga akhirnya masyarakat menjadi terbiasa.

Mungkin sekali Balikapapan mendapat inspirasinya antara lain dari perumahan Pertamina yang sudah ada di sana cukup lama, berawal sebagai perumahan perusahaan minyak jaman Hindia Belanda. Perumahan perusahaan seperti itu, biasanya memang sangat rapi dan terawat baik.

Balikpapan adalah sebuah contoh bahwa hidup di kota selalu mengandung hal dan kebiasaan baru yang harus dipelajari. Hal ini berlaku bagi siapa saja dan budaya mana saja. Contoh mutakhir: Bagaimana sebaiknya menggunakan atau tidak telepon seluler ketika sedang menyetir mobil, atau di dalam ruang seminar?

Sampah masih menumpuk. Foto: Marco Kusumawijaya
Antre juga hanyalah salah satu wujud keharusan hidup di kota dalam berbagi ruang dan waktu, dan sering harus makin ketat ketika kota makin besar dan padat beragam. Parkir harus makin akurat, misalnya, supaya muat banyak mobil. Begitu juga slot waktu yang tersedia melalui janji dokter gigi. Tentu saja masih ada masalah sampah di bagian pantai kota Balikpapan, seperti gambar menunjukkan. Tetapi secara umum, harus diakui kota Balikpapan jauh melebihi kota-kota lain di Indonesia.

Anehnya, mengapa kota tetangganya, Samarinda, yang justru merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur tidak meniru atau setidaknya terinspirasi oleh Balikpapan?

Marco Kusumawijaya adalah arsitek dan urbanis, peneliti dan penulis kota. Dia juga direktur RujakCenter for Urban Studies dan editor http://klikjkt.or.id